Selamat malam Awan,
Kamu sedang apa malam ini? Kalau aku, aku sedang di dalam kamar, sedang duduk
di atas ranjang tempat tidur, bersandar di tembok, di depan laptop sambil
jariku mengetik apa yang sedang aku rasakan malam ini. Apa yang aku rasakan
malam ini? Ternyata, aku sedang merasakan rindu, aku sedang merindukanmu.
Aku merindukanmu malam ini. Mungkin bukan hanya malam ini, mungkin bukan
hanya malam hari, mungkin setiap hari, mungkin aku merindukanmu setiap hari. Tetapi
kali ini aku benar merindukanmu, sepertinya angin yang membawa kerinduan ini,
angin menusukkannya tepat di dalam relung hatiku. Hingga rindu itu benar ku
rasa, sesak! Lebih sesak lagi karena entah bagaimana aku menceritakannya
kepadamu, tentang rinduku. Entah bagaimana lagi aku mengungkapkannya kepadamu,
tentang rinduku. Kata yang seperti apa yang akan aku katakan kepadamu tentang
rinduku, Awan? Tentang rinduku malam ini? Apa kamu tidak bosan mendengarkanku?
Tentang rinduku? Tentang rinduku setiap malam? Atau bahkan setiap hari? Ah,
biar angin saja yang menyampaikan rinduku. Aku takut kamu bosan mendengarkanku,
tentang rinduku.
Memang aku bisa memandang awan kapanpun, dari dekat bahkan aku bisa
memeluknya. Namun, aku tidak merasakan hangatnya pelukan kali ini. Iya, karena
memang aku hanya bisa memandang dan memeluk ponselku yang terpampang jelas
wajah awan. Haha.. kenapa? Aneh ya? Gila ya? Tidak jelas ya? Iya, memang ini
aneh sekali, gila dan tidak jelas. Tapi memang hanya itu yang bisa aku lakukan untuk sementara ini. Aku tidak bisa melampiaskan rinduku untuk sementara ini. Aku hanya bisa memandang wajah Awan yang ada di ponselku ketika aku
sedang merindukannya. Kasihan ya? Menyedihkan ya? Tentu tidak, karena rinduku
adalah hal yang wajar, wajar karena kita jarang bertemu. Lagian ya kenapa
kasihan? Kan aku lagi sedang merindukan orang yang tentunya juga merindukan
aku. Nah, memang Awan juga merindukan aku? Iyalah, tentunya. Tentunya itu masih harapan
ku. Haha..
“Kenapa kalian tidak bertemu saja? Biar rindumu terobati? Kenapa? Apa awan
tidak mau bertemu denganmu? Apa awan tidak merindukanmu?.”
“Bukan, bukan seperti itu. Dan Awan tidak seperti itu. Ini memang faktor
kesengajaan.”
“Kesengajaan? Kesengajaan untuk tidak bertemu?.”
“Iya, kami sengaja untuk tidak bertemu kali ini. Karena aku harus
menyelesaikan program studiku. Aku harus menyelesaikan urusanku dengan masa
putih abu-abuku yang sudah tidak lama lagi. Mungkin kurang beberapa minggu aku
sudah harus berjuang menghadapi Ujian Nasional dan tentunya kurang beberapa
bulan lagi masa putih abu-abuku selesai. Kurang sebentar lagi statusku sebagai
pelajar berubah menjadi Mahasiswi (Aamiin). Awan mengerti tentang ini, bahkan
ia yang selalu menyelipkan tentang UNAS disela
rencana kita tentang hang out. Itulah
sebabnya kenapa kita tidak bertemu sementara ini, Awan menyuruhku untuk fokus dengan
Ujian-ujian sekolahku, ia juga tidak bosan memberiku semangat. Dan sekarang,
untuk sementara ini. Biarkan aku
menikmati rinduku kali ini bersama dinginnya angin, tanpa Awan. Sampai akhirnya
angin juga yang membawaku bertemu dengan Awan."
By : Putri Dwi