Hujan..
Andai aku bisa berbincang dengan mu, aku ingin merayu mu
agar kau mau pergi untuk saat itu saja. Pergi meninggalkan aku dan dia,
membiarkan kami, tanpa mu. Tapi aku tidak bisa berbincang dengan mu, aku tidak
bisa merayu mu. Kau pun tidak pergi saat itu, kau memilih menemani kami. Kau
menyaksikan kami berteduh, berdiri berdua kedinginan, sedikit mengobrol dan
banyak menyaksikan mobil dan motor yang berlalu lalang.
Hujan..
Aku benar-benar telah menuyuruhmu pergi saat itu, tapi kau tidak mendengarkanku.
Sungguh aku telah berteriak menyuruhmu pergi tapi kau semakin menyergapku,
menyergap kami. Sepertinya kau tidak mendengar teriakanku, teriakanku yang
menyuruh mu pergi. Apa aku harus berbisik pelan baru kau mendengar? Apa aku
harus berbisik lembut baru kau mengerti? Apa memang kau tidak bisa mendengar?
Apa memang kau tidak bisa mengerti? Aku tak yakin! Tapi memang sepertinya tidak
ada yang mendengarkan ku, mendengar teriakan ku.
Hujan..
Kau benar-benar tetap memilih untuk menemani kami saat itu bukan dengan
suara yang gemercik lagi, tapi entah suara yang seperti apa namanya, suara yang
terdengar berisik di telinga ku. Ditambah lagi suara teman mu, suara petir dan
cahayanya yang mengagetkan ku. Aku sangat takut dengan petir, aku takut dengan
suaranya, aku takut dengan cahayanya. Karena selalu mengagetkan ku, selalu
membuat debar di jantung ku, 2 detak perdetiknya. Suara mu, angin dan petir
yang beradu dengan suara mobil dan motor semakin terdengar keras, jelas dan tak
karuan di telingaku. Rasanya aku ingin pulang dan berlindung dibawah selimut
hangat di tempat tidur ku. Tapi, aku tersadar bahwa masih ada Awan disampingku.
Haha..
Hujan..
Aku bingung, aku tidak tau siapa yang salah, siapa yang harus aku
salahkan. Kau tidak salah dan tidak akan pernah salah. Karena kau tidak bisa
mendengar, kau tidak bisa mengerti. Tapi hujan, aku ingin bersamanya, hanya
berdua bersamanya, tanpa kau. Kenapa? Sedikit berlebihan ya? Tapi memang aku tidak
mengharap kehadiran mu saat aku bersamanya, kecuali kau datang di saat kami di
dalam ruangan yang hangat, duduk bersebelahan di atas sofa hangat, mengobrol
asik dengan secangkir kopi atau segelas susu dan sebagainya. Bukan saat kami di
jalan atau dimanapun di tempat yang dingin, duduk membelakangi di atas motor
atau dimana pun, tak mengobrol dan sebagainya.
Hujan..
Tapi aku tidak akan marah, tidak akan memaki mu, tidak akan menyalahkan
mu. Karena memang kau tidak bisa disalahkan. Mungkin aku akan berterima kasih
kepadamu hujan, kau memberiku hal kecil yang belum pernah aku alami. Terima
kasih telah hadir dan menemaniku bersama Awan. Terima kasih untuk suasana
dingin yang kau hadirkan diantara aku dan Awan. Sekarang setiap kedatanganmu,
aku selalu mengingat hal kecil ini, aku jadi mengingat Awan di setiap
kehadiranmu. Terima kasih hujan.
By : Putri Dwi