Awan,
Kamu kenapa?
Apa yang sebenarnya terjadi?
Kamu kenapa?
Apa yang salah dariku?
Kamu kenapa?
Apa yang membuatmu berubah?
Kamu kenapa?
Tolong katakan! Katakan padaku awan!
Jangan hanya
diam, selalu diam. Tidak mau menjelaskan, tidak mau mengungkapkan.
Kamu kenapa?
Apa memang tidak ada yang perlu dijelaskan dan diungkapkan?
Kamu kenapa?
Apa memang semuanya baik-baik saja?
Kamu kenapa?
Apa memang ini hanya perasaanku saja yang menganggap semuanya berubah?
Awan,
Aku telah jatuh
cinta denganmu, aku terlanjur telah mencintaimu.
Aku jatuh
cinta denganmu bukan sejak aku melihat fotomu di display picture bbm, bukan sejak kamu sering memujiku, bukan sejak
kita jadi sering berkomunikasi.
Tetapi sejak
kamu mengkodeku bahwa aku kekasihmu.
Jujur, saat itu aku hanya menganggap itu hanya bualan seorang laki-laki yang
sudah lama aku kenal tapi baru akrab
itu. Tapi mungkin itu memang sebatas bualan, sebatas candaan. Dan aku
meyakinkan diriku bahwa itu memang cuma bualan, memang cuma candaan. Tetapi, sejak saat itu aku tetap mulai jatuh
cinta denganmu. Aku jatuh cinta dengan bualanmu, dengan candamu.
Aku jatuh
cinta denganmu sejak aku mendengar suaramu melalui lagu yang kamu nyanyikan
lalu kamu kirimkan untukku. Aku jatuh cinta denganmu sejak kamu sibuk waktu
malam dengan tugas kuliahmu tapi masih mau menemani setiap malamku. Aku jatuh
cinta denganmu sejak setiap pagi aku sering membaca ucapan selamat pagi darimu. Aku jatuh cinta denganmu sejak kamu
mengkhawatirkan kesehatanku. Aku jatuh cinta denganmu sejak kamu takut aku
marah karena banyak perempuan lain yang mendekatimu. Aku jatuh cinta denganmu
sejak kamu bercerita tentang kebiasaan burukmu. Aku jatuh cinta denganmu sejak
kamu bercerita tentang kehidupan kuliahmu di design grafis yang katamu di
situ lingkungannya jahat. Aku jatuh cinta denganmu sejak kamu bercerita
tentangku kepada ibumu.
Lalu kenapa
sekarang? Apa yang sebenarnya kamu sembunyikan dariku?
Lalu kenapa
sekarang kamu jarang menghubungiku duluan?
Lalu kenapa
kamu tidak pernah mencariku?
Lalu kenapa
sekarang kamu tidak selalu membalas pesan singkatku? Apa memang kamu ingin
membaca pesan singkatku yang ketiga kali atau lebih, baru kamu membalasnya? Apa
memang kamu ingin membaca pesan singkatku yang terkesan marah dulu, baru kamu
membalasnya?
Lalu kenapa?
Kenapa? Kamu kenapa, awan?
Kenapa kamu
seperti itu? Saat ini?
Kenapa kamu
tidak seperti ini? Saat itu?
Biar aku
tidak jatuh cinta denganmu.
Bukan,
bukannya aku tidak ingin jatuh cinta denganmu, menyesalinya atau apapun.
Justru aku bersyukur
sekali, bahagia sekali bisa jatuh cinta denganmu setelah sekian lamanya aku
tidak bisa menjatuhkan hatiku kepada orang lain.
Aku hanya
tidak ingin kamu termasuk di list
“laki-laki yang menyakitiku dan membuatku menangis.”
Aku tidak
ingin Awan menyakitiku, aku tidak ingin merasa disakiti oleh Awan.
Aku tidak
ingin Awan membuatku menangis, aku tidak ingin menangis karena Awan.
Tetapi Awan,
Aku telah jatuh
cinta denganmu, aku terlanjur telah mencintaimu.
Sekarang aku
mulai takut kehilanganmu, aku terlanjur mulai takut kehilanganmu.
Aku
mencintaimu dan takut kehilanganmu. Aku mengkhawatirkanmu karena aku
mencintaimu dan takut kehilanganmu. Mengertilah!
Aku sangat berterima
kasih kepada-Nya karena telah menghadirkanmu dalam hidupku dan mengizinkanku
memilikimu. Aku berterima kasih kepadamu karena telah hadir dalam hidupku dan
bersedia menjadi milikku. Aku tidak menyesal telah jatuh cinta kepadamu, aku
hanya takut kamu menyakitiku, aku takut sakit karena kehilanganmu.
Tetaplah
jadi Awan yang seperti dulu, bukankah kita telah sepakat semoga semuanya seperti awal? Bukan yang hanya indah di awalnya
saja? Sebenarnya aku tidak suka jika harus mengatakan “Tetaplah jadi Awan yang
seperti dulu”, karena aku ingin dulu dan sekarang itu sama saja. Aku ingin tidak
ada Awan yang dulu, tidak ada Awan yang sekarang.
Awan tetaplah
Awan yang aku kenal, yang dulu, sekarang atau kapanpun itu sama saja. Tidak ada
yang berubah.
By : Putri Dwi