Awan,
Apa kabarmu di sana? Di tempatmu berdiri merajut masa depan, tempat yang jauh
dari tempatku berdiri kali ini. Tempat yang sudah tidak lama lagi akan kamu
tinggalkan dan bersiap memulai pada kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan yang
jauh lebih kejam, keji dan jahat. Jauh lebih jahat dari lingkungan design grafis yang katamu di situ lingkungannya jahat itu. Bagaimana dengan kabar teman-temanmu? Apa
mereka baik-baik saja? Tidak merayu dan mengajakmu nakal? Walau hanya sekedar minum-minum?! Apa kabarmu saat di rumah?
Rumahmu yang jelas tidak jauh dari
rumahku, hanya berjarak sekitar 1,5 kilometer atau 1500 meter. Namun kita
jarang bertemu, hanya untuk berpapasan secara kebetulan di jalan saja jarang,
bahkan mungkin terkadang hanya aku yang tahu.
Tetapi aku masih ingat kapan terakhir kita bertemu, kapan
terakhir kita ngedate (sok gaul yaa.
Hehe). Sabtu malam, 14 Februari 2015. Tetapi baru beberapa kilometer dari rumahku
kita sudah terguyur hujan. Lalu kita berteduh di depan toko dan kamu memutuskan
untuk mengajakku makan di sekitar situ setelah lebih dari setengah jam kita
berdiri (berteduh). Bukan kah seperti itu? Kita terakhir bertemu dan mengobrol
di hari sabtu malam. Dan kita belum bertemu kembali di malam lainnya, sore,
siang, pagi atau hari lainnya. Kita belum bertemu dan aku selalu merindukanmu.
Tetap selalu merindukanmu meski setelah kita bertemu.
Aku turut bahagia ketika kamu bilang bahwa kuliahmu kurang
satu bulan lagi, aku turut bahagia ketika kamu bilang bulan depan sudah magang
kerja, aku turut bahagia denganmu yang sebentar lagi akan bekerja, memiliki
pendapatan sendiri, bisa membeli dan memiliki apapun yang kamu mau dan
membahagiakan kedua orang tuamu. Ya, meskipun semuanya tidak secepat itu, butuh
proses panjang. Namun akhirnya kamu pasti akan seperti itu. Kamu akan bekerja
bukan magang lagi, memiliki pendapatan sendiri, bisa membeli dan memiliki
apapun yang kamu mau dan membahagiakan kedua orang tuamu.
Kamu akan memiliki dunia baru, kehidupan yang baru, di
Surabaya. Lalu bagaimana denganku? Hahaha.. kali ini, kita akan semakin jauh. Kali
ini, aku akan melanjutkan pendidikanku selanjutnya, berdiri ditempat yang
semakin jauh darimu, di Malang. Yaa, Malang! Tanah yang akan menjadi tumpuanku berdiri
kali ini adalah tanah yang juga pernah menjadi tumpuan bagimu.
Oh iya, aku ingin bercerita sedikit kepadamu. Tetapi aku
tidak akan menjelaskan secara jelas permasalahannya, di sini. Aku akan mau menceritakan semuanya secara jelas
kepadamu, secara live saja hahaa.
Awan, aku bercerita kepada tiga temanku tentangmu. Aku
menceritakan semua kepada mereka tentangmu, tentang permasalahan yang terjadi
di antara kita akhir-akhir ini mengenai masa depanmu itu. Yaa, tanpa aku
jelaskan pasti kamu sudah mengerti apa yang terjadi. Simpan yang kamu tahu itu.
Dan di sini aku hanya ingin memberitahumu sedikit. Kau tahu Awan? Ketiga
temanku mempunyai pendapat atau jawaban yang berbeda. Ada yang menasehatiku dan
menyemangatiku, ada yang mendukung keputusanku dan ada yang membuatku berfikir
dan bertanya-tanya sendiri. “iya ya?”, “masa iya?”, “masa Awan seperti itu?”.
Yaa, aku bingung dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu yang nggelibet di otakku dan aku pun belum menemukan jawabannya. Tetapi,
aku tetap ingin berprasangka baik saja kepadamu, aku tetap meyakinkan diriku
bahwa apa yang kamu katakan itu benar adanya. Tidak ada maksud lain, tidak ada hal
lain, tidak ada tujuan lain, tidak ada alasan yang lain dan lainnya yang lain. Hehe..
Sudah ya Awan, aku mulai mengantuk. Sebelumnya, terima kasih
kamu selalu mengakhiri hariku dengan ucapan selamat
malam yang indah dan mengawali hariku dengan ucapan selamat pagi yang istimewa. Yang tentunya menghadirkan warna baru
ketika aku membuka mata. Hanya karena ucapan selamat malam dan pagimu saja aku sudah
merasa hariku berwarna, karena memang yang perlu kamu tahu! Hal indah dan
istimewa yang membuat hari-hari sesorang menjadi lebih berwarna, tidak selalu
berawal dari hal besar. Jadi, tetaplah menjadi Awan yang seperti itu. Selamat malam.
By : Putri Dwi